Minggu, 02 Maret 2014

Yesus sebagai seorang guru

Yesus adalah seorang guru
Ada enam bukti yang menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang guru
3. Kegiatan Yesus lebih sering digambarkan dengan kata kerja “ mengajar” daripada dengan kata kerja
Yesus sangat mementingkan pekerjaan mengajar
Misalnya dalam Markus 9 dicatat bahwa Yesus tidak mau ditemui atau dinganggu orang karena ia sedang mengajar.
Yesus tidak hanya disebut rabi oleh para muridnya tetapi disebut rabi oleh para muirdnya tetapi juga disebut rabi oleh para musuhNya
Yesus disapa sebagai seorang rabi oleh karena ia pernah dididik dalam sekolah yang mempersiapkan bakal rabi (guru).
Yesus memakai metode perdebatan yang
Sebagian dari isi pengajaran Yesus juga menyerupai isi pengajaran para rabi. Mereka sering membicarakan hukum mana yang paling utama dan memberikan jawaban yang serupa yang diucapkan Yesus, yaitu keharusan mengasihi baik Allah maupun sesama manusia
Perbedaan Yesus sebagai seorang rabi dengan para rabi lainnya
Diantara para pengikut Yesus terdapat perempuan-perempuan, suatu keadaan mustahil atau jarang terjadi dalam kalangan rabi.
Yesus memperhatikan anak-anak kecil, suatu sifat yang berlainan sekali dengan perilaku rabi-rabi biasa.
Yesus rela bergaul dengan orang-orang berdosa ( misalnya : pemungut cukai dan wanita sundal), sesuatu yang pantang sekali bagi kaum rabi.
Yang diajarkan Yesus adalah diri pribadinya sendiri, seandainya pengajar
Yesus juga mengajar dengan cara memperhadapkan orang kepada trantangan pokok, yaitu apakah mereka rela mengabdikan diri kepada Allah yang dianyatakan dalam
Yesus tidak hanya mengajar di sinagoge tetapi juga di lapangan terbuka dan di pantai. Dengan kata lain ia mengajar dimana saja.
Sebelum yesus menjadi seorang guru, Yesus sendiri dulu adalah seorang murid.
Ia adalah buah dari pendidikan agama Yahudi
Gurunya yang pertama adalah orangtuanya sendiri
Dari keterang singkat tetang keluarganya yang tercatat dalam keempat injil itu, dapat kita tarik kesimpulan bahwa orang tuanya berusaha memenuhi semua syarat agama yahudi yang berlaku bagi mereka, baik yang bersifat liturgis maupun yang bukan liturgis. Lukas 2 : 21,42
Gurunya yang kedua adalah guru di sinagoge di Nazaret ( Luk 4 : 16)
Dari mereka Yesus belajar menghargai dan menguasai isi perjanjian lama.
Gurunnya yang ketiga adalah guru di Beth Hassepher
Dari mereka Yesus belajar menulis dan membaca bahasa ibrani, belajar kitab Taurat dan kita nabi-nabi.
Gurunya yang keempat adalah guru di Beth talmud, dari merkea yesus belajar mishnah, talmud, dan haggadah
Gurunya yang kelima adalah para ahli taurat, yesus digelari rabi, gelar rabi adalah gelar kehormatan bagi seseorang yag tamat dari pelajaran yang dituntutnya dari seorang ahli hukum taurat
Gaya mengajar yesus
Yesus sebagai seorang guru memiliki berbagai gaya mengajar yang mampu menarik perhatian khalayak ramai (Mrk 1 : 22; 12 : 37)
Adapun gaya mengajar Yesus sebagai berikut:
1. Ceramah
Dengan metode cermaah Yesus berusaha menyampaikan pengetahuan kepada murid-muridNya atau menafsirkan pengetahuan tersebut
2. Bimbingan
Dalam matius 10 misalnya kedua belas murid telah menerima petunjuk-petunjuk dari yesus untuk mengusir roh-roh jahat, melenyapkan segala penyakit, dan memberitakan bahwa kerajaan sorga sudah dekat.
3. Menghafalkan
Setelah yesus mengajarkan sesuatu atau selama mengajarkan sesuatu, Yesus sering mengikhtisarkan isinya dalam suatu ucapan yang gampang dihafal, misalnya mat. 12 : 8; Mat 9 : 12; Mrk 10 : 45
4. Perwujudan
Tuhan Yesus dilukiskan sebagai seorang yang telah mewujudkan dalam diri pribadi-Nya sebagian dari sejarah Bangsa Israel, Ia sama halnya seperti keturunan Yakub turun ke mesir agar diloloskan dari bahaya. Kemudian, Yesus adalah yang dipanggil keluar dari Mesir (mat 2: 13-15). Lalu ada masa pencobaan dipadang gurun yang sejajar dengan pengalaman bangsa Israel di Sinai ( mat 4 : 1-11)
5. Dialog
Contohnya Mat 19:16-26;Yoh.4
6.Studi Kasus
Perumpamaan yang diceritakan Yesus merupakan studi kasus. Oleh karena itu, gaya mengajar studi kasus disebut juga gaya mengajar yang memakai perumpamaan.
Dengan studi kasus, misalanya “ anak yang hilang”, para pendengar-Nya didorong untuk memikirkan inti persoalan.
7. Perjumpaan
Gaya mengajar perjumpaan disebut juga gaya mengajar yang memakai pertanyaan. Dengan gaya mengajar perjumpaan, para pelajar ditantang secara langsung untuk mengambil keputusan. Ia memprakarsai pertanyaan yang pribadi dan besar maknanya, misalnya Mat 16: 15;Luk 14:3;Yoh 9: 35
8. Perbuatan Simbolis
Contoh gaya mengajar perbuuatan simbolis : pemilihan duabelas murid. Mengapa Yesus memanggil justru 12 orang dan bukan 10 atau 14.? Keduabelas orang itu melambangkan kedua belas anak-anak Yakub, dan artinya ialah bahwa yesus sedang mendirikan Israel yang baru ( Mrk 3 : 14-19). Yesus dibaptis dengan cara diselam merupakan perbuatan simbolis.
9. Ucapan yang berlebih-lebihan
Ucapan yang berlebih-lebihan digunakan untuk.
·         Menonjolkan pesan secara mencolok
·         Mempertajam kebenaran tertentu di mana Yesus menitik beratkan sesuatu dengan jalan mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak boleh diterima secara harfiah. (Luk.14:26; Mrk. 9:43-47)
10. Ucapan yang berisi permainan kata
Yesus ahli sekali dengan bermain kata-kata, tetapi penedkatan itu hanya dapat kita ketahui kalau kita mengerti bahasa Yesus, yaitu bahasa Aram. Ketika ia mengecam kaum Farisi karena mereka sangat teliti dalam usaha menaati peraturan secara harfiah, sementara tidak menaruh perhatian terhadap keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan, maka Ia berkata, (Mat.23:24)
Dalam bahasa Aram, baik “nyamuk” maupun “unta” bunyi katanya hampir serupa, yaitu galma dan gamla sehingga Yesus mengatakan, “ hai kamu pemimpin-pemimpin buta, galma kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi gamla di dalamnya kamu telan.
11. Gaya mengajar yang memakai tamsil
Dalam tamsil biasanya persamaan itu diperkenalkan melalui penggunaan kata : seperti, sebagai, dan sebagaimana Misalnya : Matius 13 : 40; 13 : 43; Mrk. 10:15
12. Gaya mengajar yang memakai kiasan atau metafora
Dalam kiasan atau metafora persamaan antara dua gagasan atau keadaan yang ditunjukkan secara langsung tanpa memakai sesuatu kata perkenalan.
Misalnya, menurut Matius 5 : 13 orang-orang percaya kepada Yesus tidak disamakan dengan garam, melainkan mereka adalah garam.
13. Gaya mengajar yang memakai bentuk argumentasi “jika..., apalagi...”
Misalnya Mat. 10 : 25; Luk. 11: 13a; Luk 13 : 15-16.
14. Persejajaran yang sinonimus
Pengajaran sinonimus adalah gaya mengajar dimana baris atau kalimat pertama diucapkan ulang dengan kata yang sama dalam baris kedua.
Contoh-contoh persejajaran yang sinonimus terdapat dalam markus 3 : 24-25;Mrk 4 ; 22 dan Matius 7 : 7-8.
15. Persejajaran yang antitetis
Dalam persejajaran yang antitetis baris yang kedua bertentangan dengan yang pertama sehingga gagasan pokoknya semakin nyata.
Contohnya, Markus 8 : 35; Lukas 6: 21a, 25, dan Lukas 16 : 10
16. Persejajaran yang sintetis
Dalam persejajaran yang sintetis gagasan pokok dinyatakan dalam baris pertama, dan baris yang selanjutnya membangun diatanya atau meneruskan gagasan yang sama  sampai artinya semakin lengkap.
Misalnya Matius 23 : 5-7
17. Persejajaran klimaktis
Dalam persejajaran klimaktis, baris kedua meningkatkan arti yang disebut dalam baris yang pertama atau gagasan pokok mencapai puncaknya dalam baris kedua.
Contohnya, Markus 9 : 37 dan Matius 5 : 17
18. Gaya mengajar yang memakai ucapan peribahasa.
Contohnya Matius 8 : 22
Ucapan Tuhan Yesus yang terdapat dalam matius 8 : 22 sebenarnya berasal dari peribahasa Ibrani yang berbunyi “ Seperti orang mati menguburkan orang mati.. perbuatan itu berarti perbuatan yang tidak bertanggung jawab sebab dalam masyarakat yahudi mengurus pemakaman merupakan suatu tanggung jawab keluarga dan komunitas.
Melakukan pemakaman secara baik dinilai sangat penting.
Tuhan Yesus sebagai anggota komunitas Yahudi tahu betul adat yang berlaku,

Isi pengajaran Yesus
1.Tentang Kerajaan Allah
2. Tentang diri-Nya sendiri
3. Tentang masa yang akan datang
4. Allah sebagai Bapa dan Allah sebagai Raja
Tokoh-tokoh PAK dalam gereja purba
TANTANGAN YANG DIHADAPI GEREJA PURBA
1.    Gereja purba dihadapkan pada kebudayaan yang berdewi-dewi banyak. Banyak sekali orang Kristen yang dijatuhi hukuman mati karena menolak menyembah raja Romawi tanpa mengambil alih isinya yang bertentangan dengan injil
2.    Gereja purba ditantang untuk mencari jalan keluar bagaimana memanfaatkan buah intelektual kebudayaan Yunani dan Romawi tanpa mengambil alih isinya yang bertentangan dengan injil.
·      Tertulianus seorang teolog dari Afrika Utara yang hidup pada abad ke-3, menantang gereja agar tidak memanfaatkan bahan yang dikarang oleh para sarjana yang bukan Kristen
·      Hieronimus dari kota Antiokhia yang terletak di Siria Modern berpendapat bahwa jika dibandingkan dengan karangan kafir, maka Alkitab jauh lebih rendah mutunya dan kurang cukup kuat untuk mendorong pemikiran yang mendalam
·      Basil (330-379) dari Kaisaria, suatu kota di kapadokia (Turki Modern), berusaha membedakan antara karangan-karangan yang boleh dimanfaatkan oleh gereja dan karangan-karangan yang perlu ditolak
3.     
Sekitar abad pertama sebelum masehi agama Mitraisme telah disebarkan sejauh kota roma sendiri, disana Dewa Mitra digabungkan dengan dewa matahari dan menerima gelar baru, yaitu Deus Sol Invictus Mithras (Dewa matahari Mitra yang tak terkalahkan). Hari ulang tahunnya dirayakan pada setiap tanggal 25 Desember sebab pada waktu tanggal itu matahari untuk belahan bumi utara letaknya paling jauh ke selatan khatulistiwa.
Gereja purba dihadapkan pad aberbagai tuduhany yang dimaksudkan untuk meremehkan dna gaya hidup para warga Kristen. Para penganut agam Kristen dituduh tidak bertuhan karena dalam kebaktian tidak ada patung-patung. Aristides dan Atenagoras menjelaskan alasan mengapa tidak ada patung yang dlaam kebaktian Kristen, yakni orang Kristen melayani Allah yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Jadi, tidak mungkin Allah dilambangkan melalui patung-patung apapun.
Atenagoras menolak tuduhan ateisme itu dengan mengutip karangan-karangan kaum filsuf klasik mereka. Orang-orang yang mereka junjung itu tidak memakai patung tetapi juga tidak dituduh ateisme. Para penganut agama Kristen dituduh melanggar norma-norma kesusilaan, dituduh makan daging dan minum darah anak bayi mereka, dituduh tidak setia pada negeri Romawi, dan dituduh memeluk agama yang hanya cocok bagi mereka yang  hanya cocok bagi mereka yang tidak berpendidikan, yakni anak-anak dan wanita.

Prinsip-Prinsip Pedagogies Clementus
Clementus ( 150-215) Lahir di Kota Atena dan meninggal di Palestina.
Gagasan-gagasan pokok di bidang pendidikan Agama Kristen yang dijelaskan Clementus terdapat dalam tiga karya, yakni: Protrepikos (nasihat yang disampaikan kepada kaum kafir) Paidogogos (sang pendidik) dan Stmateis (Bunga rampai)
Menurut Clementus, sang pengajar yang memainkan peranan paling utama dalam PAK bukan seseorang yang berdiri di depan kelas.
Pendidik pokok adalah tidak lain dariapda firman Allah, yaitu Kristus
Menurut Clementus para pelajar tidak dibatasi oleh golongan umur tertentu. Semua orang yang menganggap Allah betul-betul Bapa mereka, berapapun usianya adalah pelajar. Satu-satunya syarat yang perlu adalah kemauan untuk belajar.
Tujuan PAK yang ingin dipakai oleh Clementus adalah ingin menghasilkna seorang Kristen yang mewujudkan dalam diri pribadinya sifat yang paling kaya yang berasal dari Injil Kristus dan kebudayaan Yunani. Pendidikan yang diberikan Allah merupakan tindakan menyampaikan kebenaran yang akan menghantar kita secara benar kepada suatu meditasi tentang Allah dan kepada usaha mengamalkan perilaku suci yang tetap untuk selama-lamanya. Pendidikan mencakup seorang yang rela diajar seorang yang lain yang mengajar, proses belajar mengajar dan kurikulum atau hal-hal apa saja yang diajarkan.
Prinsip-prinsip pedaogis Origenes
Origenes (185-224M) adalah murid Clementus. Origenes menghargai filsafat sebagai alat untuk menolong orang-orang menjernihkan pemikiran tetapi filsafat itu sendiri kurang bobotnya untuk memperoleh pengetahuan ilahi. Origenes juga mengembangkan metode penafsiran alegoris karena dengan metode alegoris karena dengan metode alegoris arti yang tersembunyi dibawah permukaan perikop dapat ditemukan.
Bagi Origenes hari pertama itu adalah hari yang sangat penting sehingga Origenes memanfaatkan gaya ucapan yang mendobrak hati para pelajarnya. Ia menarik kesimpulan bahwa hanya orang yang mengenal diri sendiri sebenarnya mempunyai dasar untuk membedakan tindakan yang memperkaya kehidupan yang lain yang hanya merugikannya. Ia mengecam semua bentuk kebodohan dan ketidaktahuan karena semuanya itu menunjukkan bagaimana orang-orang yang bernsangkutan tidak mempergunakan karunia besar yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan, yakni kemampuan berpikir secara rasional.
Tugas Guru menurut Origenes
1.    Menolong setiap pelajar menjernihkan pemikirannya
2.    Menolong para pelajar mengoreksi apa saja dalam diri para pelajar yang kurang kritis atau terburu nafsu mengucapkan sesuatu sebelum dipertimbangkan dulu sehingga setuju dengan apa saja yang dikemukakan meskipun salah.
3.    Guru perlu mendorong para pelajar untuk tidak hanya memperhatikan apa yang nyata secara jelas serta yang berdasarkan alasan yang cukup meyakinkan, tetapi guru perlu mendorong para pelajar untuk berefleksi atas sesuatu sanggahan baik yang salah maupun yang cerdas.
4.    Guru perlu mendidik para pelajar untuk mempercayai kemampuan diri sendiri sehingga mempunyai dasar untuk setuju dengan ucapan-ucapan orang lain maupun diri sendiri.
Prinsip-Prinsip Pedagogis Hieronimus
Sebelum Hieronimus ( 345-420 M) menerjemahkan Alkitab dari bahasa Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa Latin (terjemahan di sebut Vulgatus) atas perintah Paus Damaskus, ia menunaikan panggilan sebagai seorang guru.
Prinsip Pedagogis Hieronimus sekurang-kurangnya ada tujuh, yakni:
1.    Kita selalu bersedia meniru apa saja yang buruk dan sesuatu yang salah serta-merta kita pelajari tetapi kebajikan jauh di luar jangkauan kita.
2.    Jadi, janganlah ia sebagai seorang anak yang belajar sesuatu yang harus dihapuskan atau ditolak di kemudian hari.
3.    Pengalaman belajar hendaknya merupakan sesuatu yang dinikmati oleh anak didik.
















5. Pujian bisa menjadi hadiah yang disukai anak-anak
6. Orang condong belajar lebih cepat sebagai anggota kelompok daripada sebagai seorang diri saja. Dengan mendengar atau melihat prestasi anak-anak sebaya, maka ia akan didorong untuk belajar lebih rajin lagi.
7. Hukuman jangan dipakai bila anak tidak cepat menangkap atau berbuat sesuatu yang mungkin masih terlampau sulit baginya. Meski ada kesabaran dari pihak guru.
Prinsip-prinsip pedagogis Yohanes Chrysostomus
Lahir pada tahun 347 di kota Antiokhia diberi gelar Chrysostomus yang berarti mulut kencana dan mahaguru dunia
Bagi Chrysostomus tujuan PAK adalah menghasilkan seorang olahragawan bagi Kristus. Seorang olahragawan yang berhasil menganut pola hidup yang sederhana bukan pola hidup yang menggairahkan hasrat akan kemewahan demikian pula seorang kristen wajib dididik berdisiplin dan menganut pola hidup yang sederhana seperti seorang olahragawan dibawah bimbingan yang tegas.
Chrysostomus menghendaki orang tua agar mendidik anaknya sejak kecil bertindak sopan serta menghormati segala kehidupan, khususnya hal-hal yang bersifat rohani meskipun ia harus tetap tinggal dalam dunia ini.
Chrysostomus menyatakan bahwa seorang perempuan yang dibesarkan dalam ruangan ibunya untuk digairahkan dengan perhiasan kewanitaan, nanti ketika meninggalkan rumah ayahnya sebagai mempelai perempuan akan menjadi beban yang lebih berat lagi bagi sang suami daripada seorang penagih pajak.
Ia menyatakan bahwa dewasa ini setiap ayah sangat giat berusaha melatih anak laki-laki dalam kesenian, sastra dan keahlian berpidato sedangkan tidak mempedulikan usaha mebimbing anaknya menuju kebajikanl.
Chrysostomus lebih mengutamakan pengalaman dan kebutuhan anak didik daripada penyampaian sejumlah pengetahuan tertentu.
Ia amat menekankan pembelajaran melalui pancaindera.

Setiap anak hendaknya diajar untuk mengucap syukur kepada Tuhan dan menyanyikan nyanyian rohani.
Tugas orang tua adalah menjaga supaya semua ucapan yang masuk kupingnya turu membangun wataknya dan bukan merusakkannya.
Jadi, pendidik dan pembantu di rumah diperingatkan supaya jangan mengucapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung orang tua.
Prinsip- prinsip pedagogis Augustinus
Aurelius


Pelajar diajar bukan hanya oleh kata-kata saja, melainkan oleh segala apa yang dinyatakan secara batin kepadanya oleh Allah.
Dengan kata lain, kita harus percaya sebelum kita dapat berpikir secara mendalam dan mengerti
Jadi orang tidak belajar tentang kebenaran agamawi itu dengan jalan “diisi dari luar” malahan penerimaan kebenaran tersebut memerlukan pribadi kepada Allah.

Pengalaman belajar mengajar yang paling mendalam berkaitan dengan usaha manusia agar mengenal Allah dan diri Pribadi si pelajr itu sendiri.
Gaya mengajar yang dipakai guru perlu disesuaikan dengan sifat dari setiap pelajar.
Jadi, sebelum mengajar si guru harus mengetahui latar belakang masing-masing pelajar, misalnya : pengalaman pedagogisnya dulu (berpendidikan sedikit atau banyak?), kemampuan intelektualnya (berbakat sekali atau kruang pandai ) Kewargaannya (pribumi atau asing?) status ekonominya (kaya, sedang atau miskin?) panggilan hidupnya, status sosialnya umurnya dsb.

Pengalaman belajar mengajar yang paling mendalam berkaitan dengan usaha manusia agar mengenal Allah dan diri pribadi si pelajar itu sendiri
Gaya mengajar yang dipakai
Guru wajib berdialog dengan setiap pelajar untuk mengenal dia secara pribadi dan untuk mengetahui taraf iman kristennya.
Guru wajib merencanakan pengalaman belajar (misalnya: urutan pelbagai sumber yang diajarkan dan metode mana yang akan dipakai), mempersiapkan diri sebaik mungkin dan mengusahakan keserasian antara gaya hidup sendiri dan apa yang diajarkannnya
Menurut Agustinus Allahlah guru yang utama.
BAB 3
TOKOH-TOKOH PAK GEREJA PERTENGAHAN
Prinsip-prinsip Pedagogis Karel Agung (Charlemagne)
Bagi karel pendidikan itu bukan sesuatu yang hanya baik bagi orang lain saja. Dia pun ingin diajar.
Pada tahun 787 karel mengeluarkan proklamasi pedagogis yang amat bermakna dalam sejarah pendidikan termasuk Pak.
Isi surat keputusan kerajaan tersebut sedemikian mendalam sehingga dalam pendidikan dinamakan “piagam umum pertama di bidang pendidikan khususnya bagi abad pertengahan.”
Ada tiga golongan pelajar yang mendapt pelajar yang mendapat perhatian karel Agung dalam bidang pendidikan, yakni: para imam, biarawan dan anak laki-laki
Ia meminta para uskup dan semua kepala biara menjadi rajin lagi dlaam pelayanan mendidik
Kurkilummnya mencakup pokok-pokok iman kristren dan moralitas kristen.
Karel agung ingin para pelajarnya mampu berbicara dan menulis sesuai kaidah tata bahasa yang benar

Ia ingin para pelajarnya tersebut saleh dalam pikiran, terpelajar dalam pembicaraan, tidak bercela dalam tingkah laku, dan pandai dalam pengucapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar