Yesus adalah seorang guru
Ada enam bukti yang menunjukkan bahwa Yesus adalah
seorang guru
3. Kegiatan Yesus lebih sering digambarkan dengan
kata kerja “ mengajar” daripada dengan kata kerja
Yesus sangat mementingkan pekerjaan mengajar
Misalnya dalam Markus 9 dicatat bahwa Yesus tidak
mau ditemui atau dinganggu orang karena ia sedang mengajar.
Yesus tidak hanya disebut rabi oleh para muridnya
tetapi disebut rabi oleh para muirdnya tetapi juga disebut rabi oleh para
musuhNya
Yesus disapa sebagai seorang rabi oleh karena ia
pernah dididik dalam sekolah yang mempersiapkan bakal rabi (guru).
Yesus memakai metode perdebatan yang
Sebagian dari isi pengajaran Yesus juga menyerupai
isi pengajaran para rabi. Mereka sering membicarakan hukum mana yang paling
utama dan memberikan jawaban yang serupa yang diucapkan Yesus, yaitu keharusan
mengasihi baik Allah maupun sesama manusia
Perbedaan Yesus sebagai seorang rabi dengan para
rabi lainnya
Diantara para pengikut Yesus terdapat perempuan-perempuan,
suatu keadaan mustahil atau jarang terjadi dalam kalangan rabi.
Yesus memperhatikan anak-anak kecil, suatu sifat
yang berlainan sekali dengan perilaku rabi-rabi biasa.
Yesus rela bergaul dengan orang-orang berdosa (
misalnya : pemungut cukai dan wanita sundal), sesuatu yang pantang sekali bagi
kaum rabi.
Yang diajarkan Yesus adalah diri pribadinya sendiri,
seandainya pengajar
Yesus juga mengajar dengan cara memperhadapkan orang
kepada trantangan pokok, yaitu apakah mereka rela mengabdikan diri kepada Allah
yang dianyatakan dalam
Yesus tidak hanya mengajar di sinagoge tetapi juga
di lapangan terbuka dan di pantai. Dengan kata lain ia mengajar dimana saja.
Sebelum yesus menjadi seorang guru, Yesus sendiri
dulu adalah seorang murid.
Ia adalah buah dari pendidikan agama Yahudi
Gurunya yang pertama adalah orangtuanya sendiri
Dari keterang singkat tetang keluarganya yang
tercatat dalam keempat injil itu, dapat kita tarik kesimpulan bahwa orang
tuanya berusaha memenuhi semua syarat agama yahudi yang berlaku bagi mereka,
baik yang bersifat liturgis maupun yang bukan liturgis. Lukas 2 : 21,42
Gurunya yang kedua adalah guru di sinagoge di
Nazaret ( Luk 4 : 16)
Dari mereka Yesus belajar menghargai dan menguasai
isi perjanjian lama.
Gurunnya yang ketiga adalah guru di Beth Hassepher
Dari mereka Yesus belajar menulis dan membaca bahasa
ibrani, belajar kitab Taurat dan kita nabi-nabi.
Gurunya yang keempat adalah guru di Beth talmud,
dari merkea yesus belajar mishnah, talmud, dan haggadah
Gurunya yang kelima adalah para ahli taurat, yesus
digelari rabi, gelar rabi adalah gelar kehormatan bagi seseorang yag tamat dari
pelajaran yang dituntutnya dari seorang ahli hukum taurat
Gaya mengajar yesus
Yesus sebagai seorang guru memiliki berbagai gaya
mengajar yang mampu menarik perhatian khalayak ramai (Mrk 1 : 22; 12 : 37)
Adapun gaya mengajar Yesus sebagai berikut:
1.
Ceramah
Dengan metode cermaah Yesus berusaha menyampaikan
pengetahuan kepada murid-muridNya atau menafsirkan pengetahuan tersebut
2.
Bimbingan
Dalam matius 10 misalnya kedua belas murid telah
menerima petunjuk-petunjuk dari yesus untuk mengusir roh-roh jahat, melenyapkan
segala penyakit, dan memberitakan bahwa kerajaan sorga sudah dekat.
3.
Menghafalkan
Setelah yesus mengajarkan sesuatu atau selama
mengajarkan sesuatu, Yesus sering mengikhtisarkan isinya dalam suatu ucapan
yang gampang dihafal, misalnya mat. 12 : 8; Mat 9 : 12; Mrk 10 : 45
4.
Perwujudan
Tuhan Yesus dilukiskan sebagai seorang yang telah
mewujudkan dalam diri pribadi-Nya sebagian dari sejarah Bangsa Israel, Ia sama
halnya seperti keturunan Yakub turun ke mesir agar diloloskan dari bahaya.
Kemudian, Yesus adalah yang dipanggil keluar dari Mesir (mat 2: 13-15). Lalu
ada masa pencobaan dipadang gurun yang sejajar dengan pengalaman bangsa Israel
di Sinai ( mat 4 : 1-11)
5.
Dialog
Contohnya Mat 19:16-26;Yoh.4
6.Studi
Kasus
Perumpamaan yang diceritakan Yesus merupakan studi
kasus. Oleh karena itu, gaya mengajar studi kasus disebut juga gaya mengajar
yang memakai perumpamaan.
Dengan studi kasus, misalanya “ anak yang hilang”,
para pendengar-Nya didorong untuk memikirkan inti persoalan.
7.
Perjumpaan
Gaya mengajar perjumpaan disebut juga gaya mengajar
yang memakai pertanyaan. Dengan gaya mengajar perjumpaan, para pelajar
ditantang secara langsung untuk mengambil keputusan. Ia memprakarsai pertanyaan
yang pribadi dan besar maknanya, misalnya Mat 16: 15;Luk 14:3;Yoh 9: 35
8.
Perbuatan Simbolis
Contoh gaya mengajar perbuuatan simbolis : pemilihan
duabelas murid. Mengapa Yesus memanggil justru 12 orang dan bukan 10 atau 14.?
Keduabelas orang itu melambangkan kedua belas anak-anak Yakub, dan artinya
ialah bahwa yesus sedang mendirikan Israel yang baru ( Mrk 3 : 14-19). Yesus
dibaptis dengan cara diselam merupakan perbuatan simbolis.
9.
Ucapan yang berlebih-lebihan
Ucapan yang berlebih-lebihan digunakan untuk.
·
Menonjolkan
pesan secara mencolok
·
Mempertajam
kebenaran tertentu di mana Yesus menitik beratkan sesuatu dengan jalan
mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak boleh diterima secara harfiah.
(Luk.14:26; Mrk. 9:43-47)
10.
Ucapan yang berisi permainan kata
Yesus ahli sekali dengan bermain kata-kata, tetapi
penedkatan itu hanya dapat kita ketahui kalau kita mengerti bahasa Yesus, yaitu
bahasa Aram. Ketika ia mengecam kaum Farisi karena mereka sangat teliti dalam
usaha menaati peraturan secara harfiah, sementara tidak menaruh perhatian
terhadap keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan, maka Ia berkata, (Mat.23:24)
Dalam bahasa Aram, baik “nyamuk” maupun “unta” bunyi
katanya hampir serupa, yaitu galma dan gamla sehingga Yesus mengatakan, “ hai
kamu pemimpin-pemimpin buta, galma kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi
gamla di dalamnya kamu telan.
11.
Gaya mengajar yang memakai tamsil
Dalam tamsil biasanya persamaan itu diperkenalkan
melalui penggunaan kata : seperti, sebagai, dan sebagaimana Misalnya : Matius
13 : 40; 13 : 43; Mrk. 10:15
12.
Gaya mengajar yang memakai kiasan atau metafora
Dalam kiasan atau metafora persamaan antara dua
gagasan atau keadaan yang ditunjukkan secara langsung tanpa memakai sesuatu
kata perkenalan.
Misalnya, menurut Matius 5 : 13 orang-orang percaya
kepada Yesus tidak disamakan dengan garam, melainkan mereka adalah garam.
13.
Gaya mengajar yang memakai bentuk argumentasi “jika..., apalagi...”
Misalnya Mat. 10 : 25; Luk. 11: 13a; Luk 13 : 15-16.
14.
Persejajaran yang sinonimus
Pengajaran sinonimus adalah gaya mengajar dimana
baris atau kalimat pertama diucapkan ulang dengan kata yang sama dalam baris
kedua.
Contoh-contoh persejajaran yang sinonimus terdapat
dalam markus 3 : 24-25;Mrk 4 ; 22 dan Matius 7 : 7-8.
15.
Persejajaran yang antitetis
Dalam persejajaran yang antitetis baris yang kedua
bertentangan dengan yang pertama sehingga gagasan pokoknya semakin nyata.
Contohnya, Markus 8 : 35; Lukas 6: 21a, 25, dan
Lukas 16 : 10
16.
Persejajaran yang sintetis
Dalam persejajaran yang sintetis gagasan pokok
dinyatakan dalam baris pertama, dan baris yang selanjutnya membangun diatanya
atau meneruskan gagasan yang sama sampai
artinya semakin lengkap.
Misalnya Matius 23 : 5-7
17.
Persejajaran klimaktis
Dalam persejajaran klimaktis, baris kedua
meningkatkan arti yang disebut dalam baris yang pertama atau gagasan pokok
mencapai puncaknya dalam baris kedua.
Contohnya, Markus 9 : 37 dan Matius 5 : 17
18.
Gaya mengajar yang memakai ucapan peribahasa.
Contohnya Matius 8 : 22
Ucapan Tuhan Yesus yang terdapat dalam matius 8 : 22
sebenarnya berasal dari peribahasa Ibrani yang berbunyi “ Seperti orang mati
menguburkan orang mati.. perbuatan itu berarti perbuatan yang tidak bertanggung
jawab sebab dalam masyarakat yahudi mengurus pemakaman merupakan suatu tanggung
jawab keluarga dan komunitas.
Melakukan pemakaman secara baik dinilai sangat
penting.
Tuhan Yesus sebagai anggota komunitas Yahudi tahu
betul adat yang berlaku,
Isi
pengajaran Yesus
1.Tentang Kerajaan Allah
2. Tentang diri-Nya sendiri
3. Tentang masa yang akan datang
4. Allah sebagai Bapa dan Allah sebagai Raja
Tokoh-tokoh
PAK dalam gereja purba
TANTANGAN
YANG DIHADAPI GEREJA PURBA
1.
Gereja
purba dihadapkan pada kebudayaan yang berdewi-dewi banyak. Banyak sekali orang
Kristen yang dijatuhi hukuman mati karena menolak menyembah raja Romawi tanpa
mengambil alih isinya yang bertentangan dengan injil
2.
Gereja
purba ditantang untuk mencari jalan keluar bagaimana memanfaatkan buah
intelektual kebudayaan Yunani dan Romawi tanpa mengambil alih isinya yang
bertentangan dengan injil.
·
Tertulianus seorang teolog dari Afrika Utara yang hidup pada
abad ke-3, menantang gereja agar tidak memanfaatkan bahan yang dikarang oleh
para sarjana yang bukan Kristen
·
Hieronimus dari kota Antiokhia yang terletak di Siria Modern
berpendapat bahwa jika dibandingkan dengan karangan kafir, maka Alkitab jauh
lebih rendah mutunya dan kurang cukup kuat untuk mendorong pemikiran yang
mendalam
·
Basil (330-379) dari Kaisaria, suatu kota di kapadokia
(Turki Modern), berusaha membedakan antara karangan-karangan yang boleh
dimanfaatkan oleh gereja dan karangan-karangan yang perlu ditolak
3.
Sekitar abad pertama sebelum masehi agama Mitraisme
telah disebarkan sejauh kota roma sendiri, disana Dewa Mitra digabungkan dengan
dewa matahari dan menerima gelar baru, yaitu Deus Sol Invictus Mithras (Dewa
matahari Mitra yang tak terkalahkan). Hari ulang tahunnya dirayakan pada setiap
tanggal 25 Desember sebab pada waktu tanggal itu matahari untuk belahan bumi
utara letaknya paling jauh ke selatan khatulistiwa.
Gereja purba dihadapkan pad aberbagai tuduhany yang
dimaksudkan untuk meremehkan dna gaya hidup para warga Kristen. Para penganut
agam Kristen dituduh tidak bertuhan karena dalam kebaktian tidak ada patung-patung.
Aristides dan Atenagoras menjelaskan alasan mengapa tidak ada patung yang dlaam
kebaktian Kristen, yakni orang Kristen melayani Allah yang tidak dibuat oleh
tangan manusia. Jadi, tidak mungkin Allah dilambangkan melalui patung-patung
apapun.
Atenagoras menolak tuduhan ateisme itu dengan
mengutip karangan-karangan kaum filsuf klasik mereka. Orang-orang yang mereka
junjung itu tidak memakai patung tetapi juga tidak dituduh ateisme. Para
penganut agama Kristen dituduh melanggar norma-norma kesusilaan, dituduh makan
daging dan minum darah anak bayi mereka, dituduh tidak setia pada negeri
Romawi, dan dituduh memeluk agama yang hanya cocok bagi mereka yang hanya cocok bagi mereka yang tidak
berpendidikan, yakni anak-anak dan wanita.
Prinsip-Prinsip
Pedagogies Clementus
Clementus ( 150-215) Lahir di Kota Atena dan
meninggal di Palestina.
Gagasan-gagasan pokok
di bidang pendidikan Agama Kristen yang dijelaskan Clementus terdapat dalam
tiga karya, yakni: Protrepikos (nasihat yang disampaikan kepada kaum kafir)
Paidogogos (sang pendidik) dan Stmateis (Bunga rampai)
Menurut Clementus, sang
pengajar yang memainkan peranan paling utama dalam PAK bukan seseorang yang
berdiri di depan kelas.
Pendidik pokok adalah
tidak lain dariapda firman Allah, yaitu Kristus
Menurut Clementus para
pelajar tidak dibatasi oleh golongan umur tertentu. Semua orang yang menganggap
Allah betul-betul Bapa mereka, berapapun usianya adalah pelajar. Satu-satunya
syarat yang perlu adalah kemauan untuk belajar.
Tujuan PAK yang ingin
dipakai oleh Clementus adalah ingin menghasilkna seorang Kristen yang
mewujudkan dalam diri pribadinya sifat yang paling kaya yang berasal dari Injil
Kristus dan kebudayaan Yunani. Pendidikan yang diberikan Allah merupakan
tindakan menyampaikan kebenaran yang akan menghantar kita secara benar kepada
suatu meditasi tentang Allah dan kepada usaha mengamalkan perilaku suci yang
tetap untuk selama-lamanya. Pendidikan mencakup seorang yang rela diajar
seorang yang lain yang mengajar, proses belajar mengajar dan kurikulum atau
hal-hal apa saja yang diajarkan.
Prinsip-prinsip
pedaogis Origenes
Origenes
(185-224M) adalah murid Clementus. Origenes menghargai filsafat sebagai alat
untuk menolong orang-orang menjernihkan pemikiran tetapi filsafat itu sendiri
kurang bobotnya untuk memperoleh pengetahuan ilahi. Origenes juga mengembangkan
metode penafsiran alegoris karena dengan metode alegoris karena dengan metode
alegoris arti yang tersembunyi dibawah permukaan perikop dapat ditemukan.
Bagi Origenes
hari pertama itu adalah hari yang sangat penting sehingga Origenes memanfaatkan
gaya ucapan yang mendobrak hati para pelajarnya. Ia menarik kesimpulan bahwa
hanya orang yang mengenal diri sendiri sebenarnya mempunyai dasar untuk
membedakan tindakan yang memperkaya kehidupan yang lain yang hanya
merugikannya. Ia mengecam semua bentuk kebodohan dan ketidaktahuan karena
semuanya itu menunjukkan bagaimana orang-orang yang bernsangkutan tidak
mempergunakan karunia besar yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan, yakni
kemampuan berpikir secara rasional.
Tugas
Guru menurut Origenes
1. Menolong setiap pelajar menjernihkan
pemikirannya
2. Menolong para pelajar mengoreksi apa
saja dalam diri para pelajar yang kurang kritis atau terburu nafsu mengucapkan
sesuatu sebelum dipertimbangkan dulu sehingga setuju dengan apa saja yang
dikemukakan meskipun salah.
3. Guru perlu mendorong para pelajar untuk
tidak hanya memperhatikan apa yang nyata secara jelas serta yang berdasarkan
alasan yang cukup meyakinkan, tetapi guru perlu mendorong para pelajar untuk
berefleksi atas sesuatu sanggahan baik yang salah maupun yang cerdas.
4. Guru perlu mendidik para pelajar untuk
mempercayai kemampuan diri sendiri sehingga mempunyai dasar untuk setuju dengan
ucapan-ucapan orang lain maupun diri sendiri.
Prinsip-Prinsip
Pedagogis Hieronimus
Sebelum Hieronimus ( 345-420 M) menerjemahkan
Alkitab dari bahasa Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa Latin (terjemahan di
sebut Vulgatus) atas perintah Paus Damaskus, ia menunaikan panggilan sebagai
seorang guru.
Prinsip
Pedagogis Hieronimus sekurang-kurangnya ada tujuh, yakni:
1. Kita selalu bersedia meniru apa saja
yang buruk dan sesuatu yang salah serta-merta kita pelajari tetapi kebajikan
jauh di luar jangkauan kita.
2. Jadi, janganlah ia sebagai seorang anak
yang belajar sesuatu yang harus dihapuskan atau ditolak di kemudian hari.
3. Pengalaman belajar hendaknya merupakan
sesuatu yang dinikmati oleh anak didik.
5. Pujian bisa menjadi hadiah yang
disukai anak-anak
6. Orang condong belajar lebih cepat
sebagai anggota kelompok daripada sebagai seorang diri saja. Dengan mendengar
atau melihat prestasi anak-anak sebaya, maka ia akan didorong untuk belajar
lebih rajin lagi.
7. Hukuman jangan dipakai bila anak
tidak cepat menangkap atau berbuat sesuatu yang mungkin masih terlampau sulit
baginya. Meski ada kesabaran dari pihak guru.
Prinsip-prinsip
pedagogis Yohanes Chrysostomus
Lahir pada tahun
347 di kota Antiokhia diberi gelar Chrysostomus yang berarti mulut kencana dan
mahaguru dunia
Bagi
Chrysostomus tujuan PAK adalah menghasilkan
seorang olahragawan bagi Kristus. Seorang olahragawan yang berhasil menganut
pola hidup yang sederhana bukan pola hidup yang menggairahkan hasrat akan
kemewahan demikian pula seorang kristen wajib dididik berdisiplin dan menganut
pola hidup yang sederhana seperti seorang olahragawan dibawah bimbingan yang
tegas.
Chrysostomus
menghendaki orang tua agar mendidik anaknya sejak kecil bertindak sopan serta
menghormati segala kehidupan, khususnya hal-hal yang bersifat rohani meskipun
ia harus tetap tinggal dalam dunia ini.
Chrysostomus
menyatakan bahwa seorang perempuan yang dibesarkan dalam ruangan ibunya untuk
digairahkan dengan perhiasan kewanitaan, nanti ketika meninggalkan rumah
ayahnya sebagai mempelai perempuan akan menjadi beban yang lebih berat lagi
bagi sang suami daripada seorang penagih pajak.
Ia menyatakan
bahwa dewasa ini setiap ayah sangat giat berusaha melatih anak laki-laki dalam
kesenian, sastra dan keahlian berpidato sedangkan tidak mempedulikan usaha
mebimbing anaknya menuju kebajikanl.
Chrysostomus
lebih mengutamakan pengalaman dan kebutuhan anak didik daripada penyampaian
sejumlah pengetahuan tertentu.
Ia amat
menekankan pembelajaran melalui pancaindera.
Setiap anak hendaknya diajar untuk
mengucap syukur kepada Tuhan dan menyanyikan nyanyian rohani.
Tugas orang tua adalah menjaga supaya
semua ucapan yang masuk kupingnya turu membangun wataknya dan bukan
merusakkannya.
Jadi, pendidik dan pembantu di rumah
diperingatkan supaya jangan mengucapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang dijunjung orang tua.
Prinsip-
prinsip pedagogis Augustinus
Aurelius
Pelajar diajar
bukan hanya oleh kata-kata saja, melainkan oleh segala apa yang dinyatakan
secara batin kepadanya oleh Allah.
Dengan kata
lain, kita harus percaya sebelum kita dapat berpikir secara mendalam dan
mengerti
Jadi orang tidak
belajar tentang kebenaran agamawi itu dengan jalan “diisi dari luar” malahan
penerimaan kebenaran tersebut memerlukan pribadi kepada Allah.
Pengalaman
belajar mengajar yang paling mendalam berkaitan dengan usaha manusia agar
mengenal Allah dan diri Pribadi si pelajr itu sendiri.
Gaya mengajar
yang dipakai guru perlu disesuaikan dengan sifat dari setiap pelajar.
Jadi, sebelum
mengajar si guru harus mengetahui latar belakang masing-masing pelajar,
misalnya : pengalaman pedagogisnya dulu (berpendidikan sedikit atau banyak?),
kemampuan intelektualnya (berbakat sekali atau kruang pandai ) Kewargaannya
(pribumi atau asing?) status ekonominya (kaya, sedang atau miskin?) panggilan
hidupnya, status sosialnya umurnya dsb.
Pengalaman belajar mengajar yang paling
mendalam berkaitan dengan usaha manusia agar mengenal Allah dan diri pribadi si
pelajar itu sendiri
Gaya mengajar yang dipakai
Guru wajib berdialog dengan setiap pelajar
untuk mengenal dia secara pribadi dan untuk mengetahui taraf iman kristennya.
Guru wajib merencanakan pengalaman
belajar (misalnya: urutan pelbagai sumber yang diajarkan dan metode mana yang
akan dipakai), mempersiapkan diri sebaik mungkin dan mengusahakan keserasian
antara gaya hidup sendiri dan apa yang diajarkannnya
Menurut Agustinus Allahlah guru yang
utama.
BAB 3
TOKOH-TOKOH PAK GEREJA PERTENGAHAN
Prinsip-prinsip Pedagogis Karel Agung
(Charlemagne)
Bagi karel pendidikan itu bukan sesuatu
yang hanya baik bagi orang lain saja. Dia pun ingin diajar.
Pada tahun 787 karel mengeluarkan
proklamasi pedagogis yang amat bermakna dalam sejarah pendidikan termasuk Pak.
Isi surat keputusan kerajaan tersebut
sedemikian mendalam sehingga dalam pendidikan dinamakan “piagam umum pertama di
bidang pendidikan khususnya bagi abad pertengahan.”
Ada tiga golongan pelajar yang mendapt pelajar yang
mendapat perhatian karel Agung dalam bidang pendidikan, yakni: para imam,
biarawan dan anak laki-laki
Ia meminta para uskup dan semua kepala biara menjadi
rajin lagi dlaam pelayanan mendidik
Kurkilummnya mencakup pokok-pokok iman kristren dan
moralitas kristen.
Karel agung ingin para pelajarnya mampu berbicara
dan menulis sesuai kaidah tata bahasa yang benar
Ia ingin para pelajarnya tersebut saleh dalam pikiran,
terpelajar dalam pembicaraan, tidak bercela dalam tingkah laku, dan pandai
dalam pengucapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar